"Selamat Datang Di Blognya Gus Mied Baidlowi"

Senandung Cinta "Mutiara Kata"

Oleh: Gus Mied Baidlowi
(Mahasiswa Ushuluddin Hadits al-Azhar Cairo)



#Karena-Mu semuanya menjadi indah...
Dunia yang gelap berubah menjadi cerah...
Zaman yang jahiliyah menjadi penuh rahmah...
Setiap yang ada berharap dari-Mu berkah...
Karena-Mu lah hidup menjadi terarah...
Syukur kami pada-mu takkan pernah lelah...
Happy Mawlid to Baginda Sayyidina Rasulillah...
Semoga cinta kami pada-Mu senantiasa bertambah...

(Happy Mawlid to Sayidina Rasulillah).

#Bukanlah dg pujian pujian keagungan, bertambah kemulmulyaan-mu...
Tapi dengan kemulyaan-mu lah bertambah mulya dan agung pujian-pujian itu...
Karena tak ada seorangpun yang mampu memuji-mu...
Kecuali sang maha agung pemilik jasad dan ruh-mu...
Engkaulah makhluk Tuhan nomer satu...

"Junjungan Semesta Alam Manusia Agung Baginda Nabi"
(Gami' Permai 25/5/2011).

#Melihat-mu bagaikan melihat sinar yang tak bertepi...
Memandang-mu menentramkan jiwa dan hati nurani...
Menyebut-mu senantiasa menggetarkan hati...
Rahmat dan berkah-mu senantiasa kami nanti...
Dengan izin Allah sang Maha Suci pemilik langit dan bumi...

(Senandung cinta tuk Pujaan Hati ya Ummy, Baginda Nabi wa ahli baitihi).

#Tiada kasih sayang setulus dan semulya dari-mu oh "UmmY, UmmY, UmmY"...
Pancaran cahaya-mu & naungan ridlo-mu senantiasa menyertai langkah kami...
Syukur dan bakti kami takkan pernah berhenti sampai di sini....
Doakanlah kami agar senantiasa menjadi murid dan anak-anak sejati...

(Alfu syukr, tuk Anugerah Terindah dari Sang Maha Suci).

#Dalam terik panasnya matahari....
Terdapat energi jalalnya sang Maha Suci...
Dalam sinar sejuknya rembulan di malam hari...
Terdapat sinar jamal kekasih-Nya baginda Nabi...

("Law laa ka law laa ka, ma kholaqtu al-aflak", Ya hadrotan-Nabi saw).

#(Habis Gelap Terbitlah Terang... el-Gami' 2011)

Engkau adalah pintu yang suci...
Mencintai-mu laksana ibadah sunnah yang tak henti-henti...
Mengikutimu selamanya takkan merugi...
Menziarahi-mu senantiasa mengais berkah dan rahmat ilahi...
Engkaulah kekasih ilahi cucu baginda Nabi...

"Ahabballahu man ahabba Husainan": al-Hadits al-Nabawi
( Menyambut Ultah sayidina Al-Husein RA, 1-4-2011).

#Bukan mata kepala yang menilai tentang keindahan-mu...
Tapi keindahan-mu lah yang menerangi pandangan mata ini...
Karena engkaulah sang keindahan hakiki nan suci...
Menerangi mata hati hamba-hamba pecinta-mu sejati...

(Memperingati Mawlid sidi Ali Zaenal Abidin Cicit baginda Nabi 24/5/2011 M.)

#Cahaya terang-mu sangat terang sekali...
Menerangi hati para pecinta kekasih ilahi...
Keindahan malam ini telah menjadi saksi...
Happy Mawlid to Sayidi Ahmad Rifa'i...

(Syeilillah ya Sayidi....) 15/5/2011

#Karena-nya keharmonisan tercipta...
Karena-nya kekompakan terbina...
Karena-nya saling asih dan sayang...
Karena-nya satu hati dan keinginan...

"Waja'alna likulli syai'in sababa"

(Syukur yang tak terhingga tuk maha guru).

#Dalam gelap hati seakan malam...
Gelap gulita buta penuh waham...
Kacau-balau kering kerontang tanpa salam...
Kalbu muram suram penuh guram...

Saat terbit sinar surya-Nya yang terang benderang...
Begitu kuat hingga menembus bayang-bayang...
Gulita wahampun seketika jauh menghilang...
Terjelma indah dalam akhlak suci hamba penyayang...
(Bidayah Lailatul Qodr Insan Ilahy).

#Tak selamanya yang indah dilihat oleh mata, itu enak dirasa...
Tapi enaknya rasa nikmat, justru akan memejamkan mata...
Muroqobah cinta, melatih rasa...

"Man dzaqo 'Arof"
(Markaz Gami' Nasr City 23/5/2011)



NB: Kata-kata mutiara ini telah dipublikasikan penulis di facebooknya gus_mied@yahoo.com /
memed_nur@yahoo.com

Untaian Kata Mutiara Kehidupan

Oleh: Gus Mied Baidlowi
(Mahasiswa Ushuluddin Hadits al-Azhar Cairo)
# Sucikan niat...
bulatkan tekat...
kuatkan semangat...
pegang prinsip kuat-kuat...
mudah-mudahan tamat...
berpredikat selamat dunia dan akhirat...

# Seberat apapun masalah…
jangan pernah kau menyerah…
karena setiap masalah pasti dapat dipecah…
dan setiap yang terpecah, di dalamnya tersimpan hikmah…
dan disetiap hikmah terkandung rahmat dan berkah…
anugerah indah dari sang maha pemurah…

# Jangan terburu-buru dengan apa yang belum kau tahu...
jangan berburuk sangka dengan do'a yg belum di kabulkan Tuhan-mu...
sebaiknya jalani proses kehidupan terlebih duhulu...
pada saatnya kau pasti kan tahu...
bahwa ternyata Tuhan sangat menyayangi dan mengasihi-mu...
dengan sebaik-baik kasih sayang-Nya untuk-mu...

# Walau hidup hanya sebentar...
tapi ribuan masalah slalu bertebar...
jangan pernah kau merasa gentar...
hadapilah dg tegar...
yakinlah, impianmu takkan pudar...

# Hari cerah tuk jiwa yg bergairah...
pengobat rasa gerah dan lelah...
penghilang hati yg bersusah payah...
ayo bersemangatlah...
maju terus dan pantang menyerah...

# Samudera ampunan-Mu sangatlah luas tak terhingga...
kebijaksanaan dan maha pemurah-Mu sungguh tak terkira...
keadilan dan maha perkasa-Mu sungguh luar biasa...
Semoga waktu dan umur yg tersisa...
dapat ku persembahkan sebaik-baiknya...
menjadi hamba-Mu yg setia nan kau cinta...

# Segala keluh kesah yang ada...
setiap kisah sedih yang menimpa...
pasti terkandung makna dan hikmah di dalamnya...
Jangan gundah dan putus asa...
karena itu salah satu cara Tuhan tuk memberikan anugrah-Nya...
agar kita lebih bisa mensyukurinya...
ketahuilah, terkadang manusia dapat menghargai nikmat sehat-Nya...
setelah sakit menerpa dirinya...

# Semuanya kan pergi...
menghilang satu demi satu silih berganti...
ada yang lahir dan ada yang mati...
ada yang suka dan ada yang benci...
semuanya tidak ada yg kekal nan abadi...
kecuali mereka pecinta sejati...
bergelar sang kekasih ilahi robbi...

# Hidup memang panjang...
waktunya tak pernah usang...
isinya hanya perang dan perang...
melawan nafsu kotor yg tak pernah tenang...
jangan sampai hidupmu malang duhai kawan...
karena kalah berjuang...
ayo, perbaharui niat tuk berlomba meraih menang...

# Ketika kisah hidup ini harus berproses...
maka berproseslah dengan penuh keikhlasan...
hanya rasa ikhlaslah yang dapat menyembuhkan semua penyakit berkepanjangan...
ikhlasmu senantiasa menyelamatkan duniamu...

# Setiap yang bernyawa...
pasti akan merasakan mati...
kematian bukan akhir dari segalanya...
bagi mereka yang menjemputnya dengan senyuman...
itulah awal dari kebahagiaan yang menawan...

# Terkadang dunia seseorang itu kejam...
tak kenal kasih dan sayang...
emosi dan ego yang selalu di depankan...
kepuasan diri yang dibanggakan...
dimanakah hati nuraninya yang bersinar terang...
tidak taukah, setiap keangkuhan...
pasti membawa penyesalan...
tunggu saja, waktu itu pasti kan datang...
Semoga cepat tersadarkan...

# Hari demi hari telah kulewati...
tak terasa seperempat abat telah kunikmati...
berapa banyak dosa yang telah kukantongi...
adakah sisa umur ini dapat ku ganti...
ya rabbi, apapun yang terjadi...
hanya ridlo dan rahmat-Mu yang kucari...
semoga Engkau senantiasa memberkati...

# Hanya keberanian untuk selalu bahagia...
kita tidak akan khawatir dengan masa depan...
dan tidak sedih dengan masa silam...

# Lika-liku hidup bak peta kehidupan...
ke kiri atau ke kanan adalah sebuah pilihan...
sedih atau bahagia tergantung bagaimana sikap menghadapi segala ujian dan cobaan...
kemenangan atau kekalahan merupakan hasil yg di tawarkan...
keikhlasan adalah niat yg harus ditanamkan...
mudah-mudahan ridlo Allah senantiasa menjadi tujuan...

# Kebahagiaan bukan terletak pada bagaimana orang melihatmu...
tapi kebahagiaan ada pada hatimu...
Kebahagiaan adalah realita...
bukan sandiwara...

# Pesan-Mu di sepucuk surat... terasa amat berat...
tak tau makna tersirat...
karena hati nian berkarat...
(Kala hati gelap).

# Petikan-petikan senar guitar...
menerbangkan intuisi dan rasionalku kedalam mimpi indah....
begitu juga petikan-petikan hikmah dari kehidupan...
selalu membawaku tersenyum....
Senyuman cermin dari indahnya kehidupan...

# Di kala kebingungan melanda jiwa…
terasa berat tuk memecahkannya…
janganlah gegabah dan emosi...
berbisiklah pada diri sendiri...
tanyakan pada hati nurani...
kiranya, muncul sikap bijak dari sosok sang jati diri.....

# Ketika kisah ini harus berproses…
maka berproseslah dengan penuh keikhlasan…
hanya rasa ikhlaslah yang dapat menyembuhkan semua penyakit dunia ini....
Ikhlasmu menyelamatkan duniamu.....

# Setiap yang hidup, pasti punya masalah…
dan setiap masalah pasti ada jalan keluar…
dan setiap jalan keluar butuh kesabaran…
dan setiap kesabaran butuh usaha, dan setiap usaha pasti tidak akan sia-sia...

# Setiap yang bernyawa, pasti akan merasakan mati…
dan mati bukan merupakan akhir dari segalanya…
bagi mereka yang menjemputnya dengan senyuman...
itulah awal dari kebahagiaan yang hakiki nan kekal...

# Setiap kejadian pasti ada sebab…
Setiap keputusan pasti punya konsekuensi…
setiap komitment harus ditepati...
dan bila diingkari hukum karma selalu menanti...
" Tidak mau disakiti, jangan menyakiti “…

# Hidup adalah pilihan…
rukun dan damai sebuah impian…
apapun masalahnya, diam dan menjauh bukan suatu jalan yang dibenarkan…
bersabarlah dalam setiap kesulitan...
karena dibalik setiap kesulitan baginya dua kemudahan...
selesaiakan setiap masalah dengan bijak nan hati rupawan…
arti sebuah persaudaraan melebihi harta jutawan…
Duhai kawan yang berhati budiman...

# Ketika semuanya harus berakhir…
maka akhirilah dengan indah...
akhirilah masa ini dengan khusnul khotimah...
karena pada hakikatnya, bukanlah masa awal yang menetukan…
tapi akhirlah yang menjadi penentuan…



NB: Kata-kata mutiara ini telah dipublikasikan penulis di facebooknya gus_mied@yahoo.com /
memed_nur@yahoo.com

Perjalan Ibadah Hajiku Dari Mesir Tahun 2008

Oleh: Gus Mied Baidlowi
Mahasiswa Al-Azhar University Cairo


Waktu Keberangkatan Ibadah Hajiku

Setelah bertahun-tahun menunggu, akhirnya panggilan itupun datang menghampiriku. Panggilan suci untuk beribadah haji ke Baitullah Mekkah dan berziarah ke Raudloh Syarifah baginda Rasulullah saw, di Madinah. Rasa bahagia yang mendalam tercermin di wajahku, hingga tak terasa air mata haru mewarnai pemandangan wajahku. Hari itu hari jum’at pukul 22.00 WK (Waktu Kairo) telah berjajar lima bus eksekutif, di sampingnya diriku telah berdiri dan juga seluruh mahasiswa dan mahasiswi jamaah haji yang berjumlah sekitar dua ratusan orang. Begitupun ratusan teman-teman yang ikut mengantarkan keberangkatan kami telah memenuhi pelataran Suq Sayarah (nama sebuah tempat lapang yang di gunakan untuk jual beli mobil di salah satu kota Kairo). Lantunan doa dan ucapan pamitan yang bergemuruh dari para pengantar dan calon jamaah haji telah membisingi suasana saat itu. Setelah para calon jamaah haji berpamitan, akhirnya kami satu persatu memasuki bus-bus yang telah dipersiapkan tersebut. Tak lama kemudian bus satu persatu berjalan pelan menuju pelabuhan Safaga.

Karena perjalanannya di waktu malam hari, kami semua tertidur pulas dalam perjalanan tersebut hingga tak terasa pukul 04.30 WK, dan ternyata bus yang kami naiki telah berhenti di depan pelabuhan Safaga. Setelah menunggu sekitar tiga puluh menit, azan sholat Shubuhpun berkumandang. Lalu kami segera mengambil air wudlu dan menuanaikan ibadah sholat berjama’ah di samping kendaraan bus kami.

Selidik demi selidik, setelah bertanya kepada penjaga pintu pelabuhan, ternyata pelabuhan Safaga dibuka mulai pukul 14.00 WK. Akhirnya kamipun menunggu sambil menikmati makanan yang kami bawa di sekitar pelabuhan dan merapikan segala persiapan kami. Setelah semuanya siap dan waktupun menunjukkan pukul 13.30 WK, kami segera bergegas memasuki pelabuhan yang sudah ngantri ratusan orang di depan pintu masuknya. Setelah di buka kamipun masuk satu persatu dengan diperiksa tas koper dan semua barang-barang bawaan kami.

Setelah melewati urusan pemeriksaan kami selesaikan, maka kami segera naik ke kapal satu persatu. Setelah rombongan kami naik kapal semuanya, di dalam kapal ternyata tidak hanya kami saja, melainkan banyak juga orang Mesir dan juga orang asing lainnya yang berangkat haji dari Mesir dengan jalur kapal laut.

Waktu menunjukka jam 20.00 WK, suara jangkar-jangkar kapal yang dilepaskan terdengar keras membisingi suasana di kapal saat itu, sebagai tanda bahwa kapal siap bergerak menuju pelabuhan Jeddah Saudi Arabia. Tak lama kemudian, ku tengok jendela kapal, ternyata kapal sudah berjalan dengan pelan menjauh dari tepi pelabuhan Safaga.

Perjalan dari pelabuhan Safaga menuju pelabuhan Jeddah membutuhkan waktu sekitar 37 jam atau sekitar satu hari dua malam. Dalam perjalanan menuju Jeddah, kami menikmati pemandangan Laut Merah yang begitu indah dengan udara yang cukup dingin. Setelah seharian kami di kapal, waktu menunjukkan pukul 02.00 WK, tiba-tiba terdengar suara dari tempat informasi: “Para penumpang kapal yang budiman, kita telah memasuki miqot haji Juhfah”. Informasi itu menandakan bahwa kami harus segera bergegas mengganti pakaian dengan kain ihram, maka kamipun dengan segera berganti pakaian.

Setelah waktu menunjukkan 09.00 WS (Waktu Saudi), tiba-tiba terdengar suara jangkar-jangkar dijatuhkan ke laut dan terasa getaran getaran keras gesekan kapal dengan batas tepi pelabuhan Jeddah. Setelah ku tengok ke jendela ternyata kapal telah berhenti dan menepi, berarti menandakan kami telah sampai di pelabuhan Jeddah. Kami segera bergegas turun dari kapal, maka kami jumpai berderet-deret bus telah siap untuk mengantarkan kami ke tempat imigrasi pelabuhan guna pemeriksaan paspor dan mengisi formulir entry sebagai tanda resmi izin memasuki Negara Kingdom Saudi Arabia. Setelah segala urusan-urusannya selesai, kami segera diantarkan menuju tempat peristirahatan bagi para jemaah haji yang diberi nama “Madinatul Hujjaj”. Kami istirahat dan makan siang di sana hingga pukul 17.00 WK. Setelah bus-bus pengantar jemaah haji menuju ke Mekkah telah siap berangkat, kami melanjutkan perjalanan menuju Mekkah. Tak terasa sekitar 5 jam perjalanan telah kami lalui, maka sampailah kami di tanah suci kota Mekkah. Kami yang berjumlah lima bus ini, oleh broker haji kami telah di sewakan penginapan yang sangat sederhana di daerah Misfalah sekitar 1 km dari masjidil Haram.


Saat Tiba di Tanah Suci Mekkah

Perlu diketahui ibadah haji yang kami lakukan adalah haji Tamattu’; yaitu mendahulukan pelaksanaan ibadah umrah dari ibadah haji. Disamping itu ibadah haji tamattu' wajib membayar dam (denda) baik berupa menyembelih seekor kambing atau berpuasa 10 hari, 3 hari di Mekkah dan 7 hari setelah pulang ke kampung halamannya. Jadi, Tanpa kenal lelah kami dengan segera bergegas mempersiapkan diri untuk melakukan thawaf Qudum plus umrah. Pertama kali diriku memasuki Masjidil Haram, saya sangat tertegun karena melihat jutaan umat Islam sedang duduk berdesak-desakkan menunggu sholat Shubuh. Tepat kakiku menginjak alas masjidil Haram yang terbuat dari batu Marmer, suara azan Shubuh berkumandang dengan indah sebagaimana kita sering mendengar azan Masjidil Haram di stasiun televisi. Sungguh sangat indah dan berkesan, saat pertama kali melihat keagungan Masjidil Haram yang selalu kita lihat di photo-photo atau disiaran televisi. Dalam Hati ku berkata: “Akhirnya aku bisa melihat Ka’bah dengan nyata di depan mata. Subhanallah”.

Setelah menunaikan sholat Shubuh berjamaah, aku langsung berdiri berjalan menuju tempat thawaf. Aku mulai thawaf pertama kaliku ini dengan pelan-pelan sambil menikmati pemandangan keagungan Ka'bah di depan mata. Sekitar satu jam, akhirnya aku telah menyelesaikan tawaf tujuh putaran dengan lancar, lalu kulanjutkan sa’i tujuh kali putaran juga dan diakhiri dengan tahallul (mencukur sebagian rambut kepala sebagai rukun akhir dari ibadah umrah). Setelah menyelesaikan umrah dengan baik, segera ku bergegas menuju tempat penginapan untuk mengganti ihram dengan pakaian biasa. Kemudian badan ku istirahatkan karena kecapaian seharian belum tidur sama sekali.

Memasuki hari yang kedua di Mekkah, aku isi dengan beribadah umrah. Hari itu al-hamdulillah aku bisa mengerjakan ibadah umrah sebanyak dua kali. Setelah dua hari aku berada di penginapan mahasiswa jamaah haji dari Mesir, sesuai dengan perintah ibundaku untuk segera menemui KBIH rombongan dari Pekalongan. Sebab di situ ada dua orang budheku yang kebetulan bersama-sama menunaikan ibadah haji. Akhirnya aku segera bergegas mencari tau alamat KBIH dari Pekalongan. Dan tak lama kemudian aku sampai pada alamat tersebut setelah di antar oleh sebuah taxi. Setelah memasuki tempat pemondokan jamaah haji dari Pekalongan yang disebut dengan maktab, aku segera menemui pembimbing KBIH tersebut meminta izin supaya aku bisa ikut tinggal dan menetap di maktab tersebut. Al-hamdulillah akupun segera mengantongi izin tersebut karena kebetulan yang menjadi pembimbing adalah guruku sendiri yang pernah mengajar mata pelajaran B. Arab dahulu kala waktu sekolah di Madrasah Aliyah Simbang Kulon Pekalongan. Beliau bernama KH. Kholil Muhdlor Lc, seorang lulusan sarjana Timur Tengah dari Universitas di Madinah. Akhirnya tak lama kemudian akupun segera menjumpai kedua budheku tersebut, dan nampaknya mereka sudah menungguku sejak lama, sebab mereka datang lebih awal sekitar 2 minggu dibanding jamaah haji kami. Setelah kudekatkan diriku di depan budheku, beliau sangat kaget dan akupun langsung dipeluknya dengan erat, mencurahkan rasa kangen yang telah bertahun-tahun, karena sudah 4 tahun aku tidak ketemu mereka. Pokonya hari itu hari yang sangat membahagiakan dan mengharukan bagi-ku.

Aku sengaja memisahkan diri dari mahasiswa jamaah haji dari Mesir dan memilih tinggal bersama jemaah haji dari KBIH Pekalongan, sebab penginapan yang kami tempati sangat kecil, tidak memadahi jumlah kami yang sangat banyak, jadi sangat tidak nyaman sekali bila aku tetap tinggal di situ. Sebagian barang-barang milikku, aku tinggal di penginapan itu, dan hanya tas punggung dengan beberapa pakaian, ku bawa ke maktab KBIH dari Pekalongan tersebut.

Hari demi hari ku lewati dengan para jamaah haji dari kota asalku Pekalongan tercinta. Kami saling bercerita satu sama lainnya, mengenai perkembangan terbaru kota Pekalongan dan tempat belajarku Negeri Mesir. Dan sering jamaah haji yang mengajakku jalan-jalan berbelanja untuk menawarkan sejumlah barang atau oleh-oleh yang ingin mereka beli, karena aku dianggap bisa berbahasa arab dengan baik. Dengan senang hati kupenuhi ajakan mereka, karena mereka semua telah aku anggap seperti sudara-ku sendiri.


Saat Menuanaikan Ibadah Haji Telah Tiba

Setelah beberapa hari aku tinggal di KBIH Pekalongan, tibalah waktu haji yang kita tunggu-tunggu yaitu tanggal tanggal 9 Dzulhijjah menandai tibanya hari Arafah untuk melaksanakan Wukuf yang merupakan salah satu Rukun Haji yang tidak dapat ditinggalkan ataupun digantikan/badal. Apabila jamaah haji tidak dapat melaksanakan Wukuf, maka hajinya tidak sah dan batal hajinya. Di Hari Arafah ini, sejak matahari terbit hingga terbenamnya matahari, merupakan saat-saat yang sangat dinanti-nantikan oleh seluruh Jemaah Haji bahkan oleh seluruh umat muslim, karena pada saat Wukuf ini Allah menjadikannya waktu yang mustajab untuk berdoa dan minta taubat. Oleh karenanya pada saat Wukuf ini, Jemaah Haji hendaknya mengisi waktunya dengan memperbanyak Talbiah, Dzikir, Istiqfar, Takbir, Tahlil dan Tahmid serta berdoa untuk dirinya, anak, orang tua, saudara dan kerabat muslim lainnya.


Sebagaimana tuntunan Rasulullah Muhammad SAW, setibanya waktu Dzuhur, Imam memimpin Sholat Dzuhur dan Ashar di jama’ takdim qosor dengan 1 kali Adzan dan 2 kali Qomat lalu dilanjutkan dengan Khutbah Arafah dan berdoa di dalam tenda. Dan al-hamdulillah hari itu semuanya berjalan dengan lancar tanpa ada halangan apapun.

Datangnya waktu magrib menandakan selesainya waktu Wujuf. Setelah melaksanakan Sholat Maghrib dan Isya dengan jama’ takdim qosor , kamipun bersiap-siap di tenda menunggu panggilan menuju kendaraan bus untuk meninggalkan Arafah menuju Muzdalifah sebelum tengah malam. Setelah menunggu cukup lama, akhirnya kamipun dipanggil menuju ke tempat kendaraan dan pukul 21.00 WA (waktu Arab Saudi) kami sampai di Muzdalifah. Dalam perjalanan menuju Muzdalifah kami melihat banyak jamaah haji dari luar, mereka berbondong-bondong berjalan kaki dari Arafah menuju Muzdalifah, padahal jaraknya cukup jauh, termasuk mahasiswa jamaah haji dari Mesir merekapun berjalan kaki beramai-ramai, karena memang tidak ada pelayanan transportasi khusus untuk mereka. Ketika kami turun dari bus, sekali lagi kami melihat pemandangan yang indah, di tanah Muzdalifah yang begitu luas telah dipadati oleh jamaah haji yang berpakaian putih-putih semuanya. Dengan tertibnya para jamaah haji menempati tanah lapang sesuai dengan saat kedatangan mereka, jadi yang datang lebih awal ditempatkan di daerah yang paling depan, begitu seterusnya sehingga jemaah dengan tertibnya mengatur posisinya memasuki tanah lapang tersebut untuk Mabit di Muzdhalifah. Sambil menikmati saat mabit di Muzdalifah kamipun segera mempersiapkan mengambil batu kerikil sebanyak 63 buah untuk digunakan Melontar Jumrah esok harinya.

Setelah mabit di Muzdalifah selesai, kami pun segera bergegas menuju ke Mina guna melempar Jumroh Aqobah. Hari itu tepat tanggal 10 Dzulhijah yaitu hari raya Idul Adha, Setelah sampai di Mina kami mendapatkan tempat perkemahan khusus, sesuai dengan kloter dan daerahnya masing-masing. Setelah meletakkan barang-barang tas dan sebagainya, kami segera bergegas bersiap-siap menuju Jamarat untuk melaksanakan Jumrah Aqabah. Kami serombongan berjalan kaki melewati terowongan Mina menuju Jamarat, jarak dari Mina hingga Jamarat sekitar 3.5 km. Sepanjang perjalanan menuju Jamarat tidak henti-hentinya para jemaah mengagungkan asma Allah dengan terus bertalbiah sehingga tanpa terasa kamipun sudah berada di Jamrah Aqabah. Sekalipun saat itu banyak jemaah haji yang berada di tempat ini, namun Alhamdulillah kami dapat leluasa melontarkan kerikil. Setiap kali akan melontarkan kerikil, kami mengucapkan:¨Bismillahi Allah Akbar¨ kami lontarkan kerikil satu persatu ke tembok yang datar dengan ukuran panjang 15 m dan tinggi 5 m yang berada dalam sumur yang melingkar hingga tujuh kali.

Setelah selesai melontar Jamrah Aqabah, kamipun langsung Tahallul yaitu menggunting sebagian rambut kepala kemudian melanjutkan perjalanan kaki menuju ke tenda di Mina. Sesampainya di tenda, kamipun sudah dapat melepaskan pakaian Ihram yang sudah kami pakai selama dua hari dua malam. Setelah menginap tiga hari tiga malam di Mina, akhirnya kita kembali menuju Jamarat untuk melempar jumroh Nafar Tsani dengan tujuan memudahkan dan menghemat tenaga jamaah haji.

Setelah selesai mengerjakan rukun haji berupa melempar jumroh dan mabit di Mina, kami seromboongan segera bergegas menuju Maktab kami di Mekkah yang berada di Ka’kiyah (nama sebuah daerah di Mekkah yang jaraknya sekitar 10 km dari masjidil Haram).

Setelah sempat beristirahat di maktab, kamipun ingin segera menyelesaikan semua rukun haji yang kurang, yaitu thawaf Ifadlah. Setelah mengerjakan thawaf 7 kali putaran, sa’i 7 kali putaran dan di akhiri dengan Tahallul, maka sempurnalah ibadah haji kami.

Waktu yang tersisa di Mekkah dimanfaatkan oleh jamaah haji untuk menuanaikan ibadah Umrah semampunya. Ada yang dalam seharinya beribadah umroh hingga 3 kali dan sebagainya hingga datang waktunya untuk meninggalkan Mekkah menuju Madinah.

Beberapa cerita menarik waktu haji di Mekkah yang sempat saya alami dan saksikan, diantaranya;

1. Ketika kami berada di Mina, ada seorang bapak-bapak namanya pak Suyuti, dia berangkat haji bersama istrinya. Dalam kehidupan sehari-harinya di Kota Pekalongan pak Suyuti ini sehat-sehat saja, tidak mengalami gangguan ingatan. Tapi ketika beliau berada di Mekkah tiba-tiba mengalami gangguan ingatan. Beliau sering tidak sadar bahwa dia sedang beribadah haji. Sehingga ketika kami sampai di Mina tiba-tiba beliau menghilang selama 2 hari. Kami dan para petugas pelayanan haji sudah mencari kemana-mana, tapi tidak menemukannya. Tiba-tiba setelah 2 hari menghilang, beliau kembali dengan sendirinya ke tenda kami, kami semua bengong dan heran, lantas kami bertanya kepadanya; “kemana saja pak Suyuti selama 2 hari?”. Lalu beliau menjawab: “ Lha wong saya itu silaturahmi diundang rekan kerja saya di sebelah sana, ada hajatan anaknya menikah”. Lantas kami semua yang tadinya ingin memarahinya, karena menghilang 2 hari tanpa ada kabar, setelah mendengar jawannya, kami semua tertawa terbahak-bahak dan menyangkal jawabannya dengan berkata :” mana ada orang ngadain hajatan nikahan di sini pak”. Ha ha ha ha, suara gemuruh tawa para jamah haji yang menyaksikan keanehan pada pa Suyuti.

2. Setelah pulang dari Mina, saya mendapatkan tugas khusus untuk mengawal dan menemani pak Suyuti menunaikan thawaf Ifadlah, dikarenakan Pembimbing haji khawatir dengan kondisinya yang aneh. Setelah saya antar dia menuju masjidil haram tiba-tiba beliau bertanya kepada ku:” Dik Agus, Ini itu pasar mana ya, kok ramai banget?” Saya langsung tertawa terbahak-bahak dalam hati, seraya menjawab: “Pak Suyuti, ini itu bukan pasar pak, tapi ini adalah masjidil Haram”. Lalu beliau menyahuti jawabanku : “Oh , pantesan ramai banget ya dek?”. Ha ha ha. Setelah selesai saya temani beliau melaksanakan thawaf dan sa’I, lalu tiba-tiba beliau menanyakan pertanyaan aneh lagi: “ Dik Agus, kapan kita pulang ke Pekalongan, dan kita pulangnya naik apa?”. Saya pun tak kuasa menahan tawa atas pertanyaannya, seraya menjawab dengan sopan: “ Pak, Kita ini sedang beribadah haji, jadi pulangnya ke Pekalongan nanti setelah ibadahnya selesai semua.” Ha ha ha….Sampai-sampai beliau tidak ingat bahwa istrinya sedang haji bersamanya di Mekkah.

3. Waktu rombongan jamaah haji ingin menunaikan Umrah sunnah bersama-sama, mereka menunjuk saya untuk menjadi guide. Tawaran itupun dengan senang hati saya terima, dan saya laksanakan sebaik-baiknya. Setelah kami semua mengambil miqot di Tan’im, lalu kami tiba di Masjidil Haram. Saya mendapatkan tugas untuk menemani bu Nana, karena hanya bu Nana lah yang tidak ada pasangannya, karena suaminya tidak ikut haji bersamanya. Jadi beliau haji sendirian, sedangkan kebanyakan jamaah haji disertai suaminya masing-masing. Setelah kami semua siap untuk thawaf, segera kita mulai putaran thawaf pertama dengan bareng-bareng, tapi setelah thawaf kedua dan ketiga tiba-tiba rombongan pun terpisah satu demi satu. Tapi sebelumnya kita sudah sepakat setelah selesai Umrah kita ketemu di bawah jam dinding besar di depan masjidil Haram. Nah, ketika putaran ke empat saya hanya bersama bu Nana saja, yang lainnya sudah tidak kelihatan olehku. Situasi saat itu tidak terlalu padat, jadi aku tawarkan bu Nana untuk mencium Hajar Aswad, semoga saja kita bisa menciumnya dengan mudah. Setelah berusaha maju ke depan Ka’bah akhirnya tanganku dan bu Nana bisa memegang Ka’bah dengan leluasa sambil menunggu deretan antrian untuk mencium Hajar Aswad. Sekitar 15 menit kami mengantri, akhirnya kesempatan mencium Hajar Aswad benar-benar terwujud di depan mata. Ku suruh bu Nana untuk mencium terlebih dahulu kemudian baru giliranku. Setelah sekita 20 detik aku menciumnya sambil berdo’a, akupun puas dan mundur untuk keluar dari desakan para jamaah haji yang sedang saling mendorong untuk berebut mencium Hajar Aswad. Belum sempat mundur dua langkah tiba-tiba tubuhku terdorong kesamping dan dengan tidak sengaja pakain ihromku yang menutup bagian atasku tertarik dan terlepas dari tubuhku hingga terbang jauh dan tidak sempat untuk ku ambil kembali sangking banyaknya orang. Dengan terpaksa akhirnya aku melanjutkan putaran tawaf dan sa’i dengan telanjang dada tapi tetap menutup aurot. Hampir setiap orang melihatiku keanehan, bahkan sempat ditanya oleh petugas haji setempat, dan aku jawab sesuai kejadian yang kami alami. Malu sih, tapi gimana lagi. He he he.

4. Pengalaman temanku yang menyedihkan ketika thawaf Qudum. Karena baru pertama kalinya tawaf, maka dia belum tahu situasi di sekitar Ka’bah. Di pahanya terikat tas kecil yang isinya uang, kartu maktab dan tiket kapal laut untu pulang nanti. Saat dia thawaf saking enaknya berdesak-desakkan diapun tak sadar, hingga sampai akhir putaran thawaf baru ia sadar melihat tas yang di pahanya tiba-tiba tidak ada lagi. Padahal tas itu terikat dengan kencang bahkan melingkar hingga perut, jadi tidak mungkin kalo tas itu terjatuh gara-gara desak-desakkan, akan tetapi pasti ada tangan-tangan jahil yang sengaja mencopet tas kecil temanku itu. Dengan tegar hati temanku menyelesaikan thawaf dan sa’i nya walaupun dengan perasaan sedih.

Kesimpulan

Cerita no. 1 dan 2, ternyata apa yang dikatakan oleh orang-orang mengenai cerita-cerita aneh dari orang-orang yang menuanikan ibadah haji, itu benar-benar terjadi bahkan dapat kusaksikan dengan mata kepalaku sendiri. Perbuatan-perbuatan yang tidak di ridloi Allah waktu sebelum haji, itu akibatnya bisa Allah perlihatkan saat ibadah haji.

Kesimpulan cerita no. 4 adalah tidak semua orang yang beribadah haji di Mekkah murni untuk ibadah haji, tapi ternyata banyak orang-orang yang dengan sengaja memanfaatkan kesempatan itu untuk mengambil, mencopet bahkan merampok barang orang lain. Jadi, kita harus tetap waspada walaupun berada di Masjidil Haram. Sebab Syetan selalu menggoda manusia di manapun berada tidak melihat tempat dan keadaan.

Setelah batas waktu beribadah haji di Mekkah selesai, tibalah saatnya kami menuju ke madinah untuk berziarah mengunjungi raudlah syarifahnya baginda Nabi Muhammad saw, makhluk terhebat dan termulia di jagad raya ini.

Saya pun berpamitan kepada jemaah haji dari KBIH Pekalongan, dan mendahului mereka untuk segera berangkat ke Madinah dengan teman-teman mahasiswa Mesir lainnya. Maka kamipun hari itu berpisah dan berharap bisa bertemu lagi di Madinah.


Perjalanan Hajiku di Kota Madinah

Setelah sampai di Madinah kami menyewa losmen sederhana sebagai tempat tinggal kami dengan biaya sendiri. Hari pertama di Madinah, akupun langsung bergegas menunaikan sholat jamaa’ah di Masjid Nabawi, dan setelah itu saat yang ku tunggu-tunggu yakni menziarahi raudlahnya sayidina Rasulullah saw. Ternyata tangis bahagia pun tak bisa terbendung, cucuran air mata yang datang dari hati terdalam ini, rasanya ingin mewakili kerinduan yang telah bertahun-tahun terpendam. Akhirnya hari itu bisa kutumpahkan kerinduan itu hingga airmata mengering. Sungguh suatu kehormatan mendapatkan undangan untuk menziarahi-mu wahai kekasih hati tercinta sayidina Muhammmad junjungan seluruh makhluk Allah.

Saya tinggal di Madinah kurang lebih 5 hari, dan di hari ke 3 aku pun berjumpa dengan ke dua budheku tercinta beserta rombongan KBIH dari Pekalongan. Setelah sehari semalam kedua budheku ingin berziarah ke raudlahnya rasulullah tapi tidak ada yang mengantarnya, akhirnya mereka berdua dan ibu-ibu sekitar 5 orang punya inisiatif sendiri menyuruhku untuk menjadi guide ziarah mereka. Aku pun sangat senang bisa menemani budhe-budheku tercinta lagi.

Di sinilah aku mendapatkan pengalaman berharga yang tidak akan bisa terlupakan seumur hidupku atas perlakuan orang-orang wahhabi yang sangat dangkal cara berpikirnya. Setelah aku mengantarkan budhe dan ibu-ibu jemaah haji persis di samping pintu keluar dari raudlah, saya segera memimpin doa sedangkan ibu-ibu mengamininya. Di saat kami khusyu’ melantunkan do’a, tiba-tiba seorang petugas penjaga masjid mendatangi kami dengan berbahasa arab yang artinya:” Wahai saudaraku, haram berdo’a menghadap raudloh rasulullah. Berdo’alah menghadap kiblat”. Akupun mencoba tidak menghiraukan ucapannya. Dan akhirnya dia mengulangi ucapannya hingga 3 kali, dan akupun akhirnya menghentikan do’aku dan menjawabi pertanyaan-pertanyaan orang ini. Aku pun menjawabnya dengan jawaban-jawaban yang ringan:” Wahai saudaraku, kenapa kita tidak boleh berdo’a menghadap raudlah rasulullah?, Bukankah Allah itu maha mendengar atas segala penjuru arah, tidah hanya arah kiblat saja.” Akhirnya terjadilah perdebatan yang cukup seru, dan diapun merasa tak bisa menjawab atas bantahan-bantahanku, di panggilllah temannya untuk berdebat denganku, dan temannyapun kuwalahn menghadapi jawaban-jawanku atas pernyataan-pernyataan bodohnya orang-orang wahhabi yang sangat lucu jauh menyimpang dari agama. Karena dia merasa terpojokkan akhirnya malah aku yang dianggap telah menghinanya, dan di panggillah seorang polisi untuk menangkapku. Kemudian aku pun di periksa, dan di bawa ke tempat khusus yang di dalamnya ada sekitar 10 orang yang seprofesi dia sebagai polisi adab. Langsung aku di hujani berbagai macam pertanyaan yang menyangkut akidah, dengan mudah satu persatu aku jawab degan santai, tapi karena mereka banyak jadi sebelum aku selesai menjelaskan langsung di potong oleh temannya dan selama hampir satu jam aku di keroyok. Bagiku ini perdebatan yang sangat tidak fair, masak 1 orang di keroyok 10 orang. Jadi mau gak mau akupun akhirnya harus mengalah demi kebaikanku sendiri. Sebab kartu maktab dan photo copy pasporku ditahan mereka. Itu sama dengan menyanderaku dengan paksa. Bahkan akupun diancam akan diadukan ke pengadilan atas dalih penghinaan, yang minimal hukumannya penjara bawah tanah. Mentalkupun melemah setelah mendengar ancaman-ancaman seperti itu. Sebenarnya justru merekalah yang telah menghina rasulullah yang dianggap telah menjadikan syirik orang-orang yang menziarahinya. Sungguh itu su’ul adab terhadap rasulullah.

Akhirnya dari pada aku melayani debat dengan orang-orang yang tidak punya rasa cinta kepada rasulullah, lebih baik aku mengalah untuk menang. Akupun akhirnya diam tidak berkata sepatah katapun kecuali kata iya. Setelah satu setengah jam aku di sandera di tempat itu, akhirnya aku dibebaskan. Dan akupun setelah peristiwa itu baru tahu, ternyata memang benar kedangkalan cara berpikir seperti merekalah yang menghancukan Islam dari dalam. Sehingga dikit demi sedikit menggrogoti akidah umat muslim yang awam dengan mudah, untuk menjauh dari cinta kepada rasulullah dan para wali-wali Allah.

Di hari berikutnya, justru Allah mempertemukanku dengan orang saleh dari Sudan.Umurnya sudah di atas 50 tahun. Beliau dengan kerendahan hatinya menghampiriku dan mengajak berbincang-bincang masalah agama dengan berbahasa Arab. Orang itu sungguh sangat mencintai baginda rasulullah, dan ahli baitnya ( para wali Allah). Beliau banyak menanyakan hal-hal penting kepadaku, dan Al-hamdulillah beliau sungguh sangat takjub dengan jawaban-jawaban yang aku lontarkan. Dan itu semua merupakan ilmu-ilmu penting yang yang pernah aku dapatkan karena belajar dengan seorang guru tercinta-ku di Mesir. Akupun merasa puas Allah mempertemukanku dengan orang tersebut. Semoga di kesempatan yang lain kita bisa di pertemukan lagi.

Pada hari ke 4 akupun bersiap-siap untuk mengurus pasporku di kantor imigrasi Madinah untuk segera pulang kembali ke negara Mesir tercinta. Lima hari di Madinah benar-benar aku puasin untuk beribadah dan berziarah ke raudlah rasulullah setiap harinya, dan tak lupa juga menziarahi Baqi’ (tempat dimakamkannya para sahabat rasulullah dan juga para syuhada’ perang fi sabilillah).

Tibalah hari akhirku menginjak tanah Madinah, akupun berpamitan kepada seluruh rombongan haji dari Pekalongan untuk segera kembali guna melanjutkan study mengais ilmu di bumi kinanah Mesir.

Al-hamdulillah, akhirnya aku dan seluruh mahasiswa jamaah haji dari Mesir, dengan transportasi kapal laut, tiba dengan selamat tanpa ada gangguan sekecil apapun. Tiada kata yang bisa ku ucapkan kecuali puji syukur atas anugerah yang telah Allah anugerahkan kepadaku dalam menunaikan ibadah haji yang mulia ini, sehingga bisa menikmati dan melihat tanda-tanda kebesaran-Nya didua tanah suci Mekkkah dan Madinah.

Untaian Kata Mutiara Cinta 2


Oleh: Gus Mied Baidlowi.
(Mahasiswa Ushuluddin Hadits al-Azhar Cairo).

Belajarlah mencintai dari cinta...
Sebab cinta adalah cinta...
Yang tidak akan pernah merasa benci setelah mencinta...
Takkan pernah berputus asa saat mencinta...
Dan matipun menjadi hidup sebab CINTA...

'Cinta' adalah anugerah penyakit terindah...
Karenanya mampu menyembuhkan segala penyakit dunia bermasalah...
Kita tak pernah memilih suatu penyakit...
Melainkan penyakitlah yg datang memilih kita...
Begitulah "CINTA"...
Ia datang memilih kita...
Bukan kita yang memilih CINTA...
'Cinta, ajarilah aku bercinta...!!!

Kelembutan 'cinta' usap jiwa pecinta dari setiap peluh...
Seka tetes-tetes kesedihan yang melahirkan keluh...
Lalu membawanya ke tempat teduh...
Jauh dari bising prahara dan nestapa angkara murka yang angkuh...
"Cinta menentramkan jiwa"...

Kelembutan "cinta" merubah seseorang menjadi dermawan...
Mewariskan sikap budiman...
Terasa aman dan nyaman....
Hingga ajal menjemput dengan penuh senyuman....
Owh, cinta suci seputih awan...

Cinta kasih bak sebuah prasasti...
Yang terbangun di tepi pantai prahara...
Satu hal yang membuatnya kokoh berdiri...
Ialah keteguhan hati tuk selalu "SETIA"...

Sikap bijak-mu...
Diam dan tenang-mu...
Tutur lembut bahasa-mu...
Meretakkan cermin ego-ku...
CINTA menyejukkan penglihatan-ku...
Karena kaulah cahaya mata-ku...

Cinta kasih manusia adalah karya indah Sang Pencipta...
Dimulakan di surga...
Dirasukkan dalam jiwa sidna Adam dan siti Hawa...
Lalu dianak-pianakkan ke setiap jiwa manusia...
Dengan kadar bentuk yang berbeda-beda...
Maha suci sang kuasa atas segala-galanya...

Bukanlah 'CINTA' yang membuat insan makin jauh dari Sang Pencipta...
Yang membuatnya tenggelam dalam samudera nafsu durjana...
Yang menjadikannya pemuja keelokan raga semata...
Hingga berakhir dengan duka dan nestapa...
Itulah hawa nafsu manusia...

'Cinta' adalah kasih sayang dan pengharapan keridloan yang tersaji...
Seolah kekasih akan meninggal diesok hari...
Tak ada insan yang mampu lakukan ini...
Sebelum hati kecilnya menjadi suci...
Bersih dari kerak-kerak keangkuhan hati.....
"Cinta suci insan sejati".

Cinta merupakan percikan Rahmat dari Sang Maha Pencipta...
Dianugerahkannya pada setiap insan yang bening hatinya...
Layaknya sebuah telaga...
Hingga hati sang kekasih mampu bercermin diatasnya.
"Maha Suci Cinta Sejati".

'Cinta' bukanlah barang yang terlihat...
Melainkan irama perasaan kalbu yang mengalun memikat...
Tersimpan rapi di ruang hati tertutup rapat...
Hanya kekasih sejati yang dapat mengetahuinya dengan tepat...

'Cinta' bukanlah paksaan...
Ia laksana benih tanaman...
Hanya tumbuh pada tanah pilihan...
Maka taburkanlah benih cinta-mu di ladang kesucian...
Siramilah dengan air kasih sayang...
Agar tumbuh dan mekar dengan kemuliyaan...

TIdaklah 'Cinta' akan teryakinkan...
Bila hanya diungkapkan dengan lisan...
Sebab cinta adalah bunga-bunga perasaan...
Yang hanya mampu dijelaskan dengan sikap dan perbuatan...

Apapun bentuk suka duka yang datang menghampiri...
'Cinta' adalah saling berbagi...
Meski disemayamkan dalam dua raga dan jati diri...
Sepasang kekasih hanya punya satu hati...

‎Biarpun panas matahari begitu menyengat...
Gulita malam yang begitu gelap...
Takkan ku biarkan bayangan diri-mu hilang walau sekejap...
"Muroqobah cinta".

Sinar Matahari dan Rembulan...
Bak kasih sayang kedua orangtua yang budiman...
Saling bergantian diwaktu siang dan malam...
Cinta-nya kepada sang anak sepanjang zaman...
Tak peduli berbagai rintangan halangan yang menghadang...
Sinarnya kan selalu terang...
Hingga ajal melayang.....

Semuanya terasa begithu abstrak...
Lidah-ku terdiam seakan tak mampu tergerak...
Padahal ku ingin sekali berteriak...
Hanya denyut jantung yang terdengar berdetak...
Sedangkan hatiku begitu kaget tersentak-sentak...
Owh, pujaan hati...
Cinta-mu menggetarkan hati...
Kan ku jaga hingga ajal menjemput nanti...



NB: Kata-kata mutiara ini telah dipublikasikan penulis di facebooknya gus_mied@yahoo.com /
memed_nur@yahoo.com

Photo Makam-Makam Para Kekasih, Nabi dan Rasul Allah

Makam-makam para kekasih, Nabi dan Rasul Allah di bumi kita tercinta.

1. Raudloh Nabi Allah Sayidina MUHAMMAD, SAW di Arab Saudi

2. Makam Nabi Allah Sayidina DAUD, AS di Israel

3. Jejak Kaki Nabi Sayidina ADAM, AS di Sri Lanka

4. Makam SITI HAWA di Jeddah

5. Makam Nabi Allah Sayidina ADAM, AS di Jordan

6. Makam Sayidina ABEEL, anak dari Sayidina ADAM, AS di Arab Saudi

7. Makam Nabi Allah Sayidina YUSYA, A.S, di Jordan

8. Makam Nabi Allah Sayidina SALEH, AS

9. Makam Nabi Allah Sayidina MUSA, AS di Israel

10. Makam Nabi Allah Sayidina SHOAIB, AL

11. Makam Nabi Allah Sayidina HARUN, AL

12. Makam Nabi Allah Sayidina ZAKARIA, AL

13. Makam Nabi Allah Sayidina YAHYA, AL

14. Makam Sayidina ABU TALEB, Paman Sayidina MUHAMMAD, SAW di Mekah

15. Makam Siti Khadijah, Istri Sayidina MUHAMMAD, SAW di Mekah

16. Makam Siti FATIMA ZAHRA

17. Makam Sayidina BILAL HABASHI, di Damaskus

Berpantun Romantis ala Gus Mied


Oleh: Gus Mied Baidlowi
(Mahasiswa Al-Azhar As-Syarif Cairo Egypt)

#Walaupun indah pemandangan ibu kota
Tetap lebih indah pemandangan Pekalongan citi
Walaupun adinda terasa jauh di mata
Tapi terasa sangat dekat di hati...

#Putih mengkilap warna "Mukena"
Coklat nan lezat rasa kue bolu
Biarpun adinda ada di sana
Tapi kehadiran-mu kurasakan selalu...

#Dinda cantik tinggi semampai
Pipi memerah rambut mengurai
Santun bersahaja lembut gemulai
Kakanda melihat terasa terkulai

#Kerlap-kerlip cahaya bintang seribu
Indah menawan menghiasi malam
Sungguh aku sedang merindu
Merindu-mu di hati yang paling dalam...

#Dari mana asalnya Pretty Zhinta
Dari India Bombay Citi
Dari mana asalnya cinta
Dari mata turun ke hati...

#Di Senayan ada konser Syahrini
Di Grogolan konser Boomerang
Di dalam hidup-ku ini
Cuma ada adinda seorang...

#Sungguh susah memanjat pohon Randu
Pohon dipanjat kaki terjepit
Sungguh susah menahan rindu
Rindu ditahan jadi penyakit...

#Ke Cimanggis membeli kopiah
Kopiah indah bermerk "Melati"
Begitu banyak gadis yang singgah
Hanya adinda yang memikat hati...

#Jalan-jalan ke kota Ciamis
Tak sengaja bertemu bang Abdul Aziz
Biarpun diri ini mati diujung keris
Asalkan dapat adinda yang maniz...

#Naik motor merknya Honda
Pergi ziarah kerumah Ang Opi
Bila cinta tlah mekar di dada
Siang terkenang malam pun termimpi...

#Untuk menjadi seorang jawara
Harus bertapa di dalam gua
Kalau cinta kukuh di dalam jiwa
Biar melayang jauh kan kembali jua...

#Anak unta siapa yg punya
Menangis iba kehilangan ibu
Bila cinta sudah menyapa
Rindu mulai membara di kalbu...

#Cinta tak memandang bulu
Cinta juga tak mengenal waktu
Rasakan cinta dihatimu
Betapa indah mengikis kalbu...

#Bawa peti dari Malaka
Berisi buah Simalakama
Kalau hati sudahlah suka
Semua keadaan terasa indah semua...

#Rindu dendam berkeluh kesah
Seolah sembilu menusuk kalbu
Rinduku dalam hatiku resah
Terasa pilu tidak bertemu...

Pantun-pantun ini telah di publikasikan di status-status facebooknya Gus Mied.
memed_nur@yahoo.com

Jangan Suka Tanya Jam Sama Orang lain (Cerita Lucu)

Seorang pemuda sedang dalam perjalanannya kembali ke Jakarta dengan kereta Senja Utama. Persis didepannya duduk seorang bapak. Setelah lama berdiam diri, sambil menguap si pemuda bertanya kepada bapak tersebut, "Jam berapa sekarang, Pak?"



Sebuah pertanyaan yang biasa kita tanyakan dimanapun, kapanpun dan kepada siapapun khan??? Dan biasanya kita selalu dapat jawaban.

Namun kali ini sungguh diluar dugaan, si bapak diam saja. Mengira sang bapak agak kurang pendengarannya, pemuda tersebut mengulanginya sampai 3 kali.

Namun si bapak diam tidak bergeming sedikitpun. Karena kesal, pemuda tersebut langsung mencolek bapak tersebut dan berkata, Saya heran mengapa bapak tidak menjawab pertanyaan saya?? Apa sich susahnya?

Si bapak bilang, "Bukannya saya nggak mau menjawab, tapi nanti kalau saya jawab, kita pasti ngomong-ngomong lagi soal ini soal itu, sampai nanti kita jadi akrab".

Si pemuda melongo mendengar ceramah bapak tadi.

Terus dia tanya lagi, "Lalu apa salahnya kalau kita akrab?"

Si bapak bilang, "Nanti anak gadis dan istri saya akan menjemput saya di Gambir,kalau kita akrab, nanti kita akan turun sama-sama. Terus saya pasti mengenalkan mereka sama kamu."

Si pemuda tambah bingung dan penasaran. "Terus pak??" tanyanya lagi.

"Istri saya tuch orangnya baik sekali sama semua orang, nanti dia pasti nawarin kamu mampir ke rumah. Nanti kamu mandi di rumah saya, terus makan di rumah saya.

Nanti lama-lama kamu bisa akrab sama anak gadis saya dan kamu bisa jadi pacar anak saya. Lama-lama kamu bisa jadi menantu saya," katanya lagi.

Si pemuda yang tadi sudah bingung sekarang makin bingung. Lantas dia tanya, "Terus apa hubungannya sama pertanyaan saya yang pertama??"

Sambil berdiri bapak tersebut menjawab dengan lantang, "Masalahnya? ...,
SAYA TIDAK MAU PUNYA MENANTU SEPERTI KAMU.
JAM TANGAN AJA NGGAK PUNYA!"

Kwakakakakakakakak....
Tertawalah sebelum tertawa itu dilarang.

Mengenal Imam Wali Qutub Sayidi Ibrahim Ad-Dusuqi ra.

Syekh Ibrahim bin Syekh Abdul-Aziz yang dikenal dengan Abul-Majdi bin Quraisy Ad-Dusuqi ra. Beliau lahir di kota Dusuq-Mesir pada malam terahir bulan Sya’ban 653 H yang bertepatan dengan tahun 1255M.

Beliau dilahirkan pada malam Syak, yaitu hari yang di ragukan dan menjadi teka-teki apakah sudah memasuki puasa Ramadlan atau belum. Ketika para ulama ragu akan munculnya bulan tsabit yang menunjukkan masuknya bulan Ramadan, Syekh Ibnu Harun As-shufi ketika itu berkata: "Lihatlah anak yang baru lahir ini apakah dia meminum air susu ibunya"? Maka ibunya menjawab, “Dari sejak azan subuh, ia berhenti meminum air susu ibunya". Dengan demikian Syekh Ibnu Harun mengumumkan bahwa hari itu adalah hari pertama bulan ramadhan dan tanda-tanda kewalian Syekh Ibrahim Ad-Dusuqi RA sudah nampak dari sejak kelahiran beliau.

Sayidi Ibrahim al-Qurasyi ad-Dusuqi adalah “Wali Quthub” yang keempat dan yang terahir setelah Syekh Ahmad Arrifa’i RA, Syekh Abdul-Qadir al-Jaelani RA dan Syekh Ahmad al-Badawi RA sebagaimana diyakini ulama tashawuf seperti Syekh Mahmud al-Garbawi dalam kitabnya al-Ayatuzzahirah fi Manaqib al-Awliya’ wal-Aqthab al-Arba’ah, dan Assayyid Abul-Huda M.bin Hasan al-Khalidi Asshayyadi dalam kitabnya Farhatul-Ahbab fi Akhbar al-Arba’ah al-Ahbab dan kitab Qiladatul-Jawahir fi Zikril Gautsirrifa’I wa Atba’ihil-Akabir. Sebagaimana Nabi Muhammad saw, yang diutus paling akhir dan menjadi imam dari para nabi dan rasul sebelumnya, begitu juga sayidi Ibrahim ad-Dasuqi adalah imam dari wali qutub empat di atas.

Sayidi Ibrahim al-Qurasyi ad-Dusuqi adalah pendiri Thariqah yang dikenal dengan nama Burhamiyyah atau Dusuqiyyah. Pewaris beliau sebagai syekh Thariqah Dusuqiyah Muhammadiyah pada zaman ini adalah Mawlana syekh Mukhtar Ali Muhammad Ad-Dusuqi ra. "Semoga beliau senantiasa di beri kesehatan dan di panjangkan umurnya, amin".

Dalam kitab Thabaqat al-Kubra, anda akan menemukan Syekh Abdul-Wahhab Assya’rani ra, berbicara tentang riwayat Sayidi Abul-Hasan Assyazili ra, dalam 12 halaman, Sayidi Ahmad Arrifa’i dalam 7 halaman, Sayidi Abdul-Qadir Al-Jailani ra, dalam 9 halaman dan Sayidi Ahmad al-Badawi ra, dalam 7 halaman saja, sedangkan Sayidi Ibrahim Ad-Dusuqi ra, hingga 25 halaman…!

Syekh Abdul Wahhab As-Sya’rani ra, berkata: "Tuanku, Sayidi Ibrahim Ad-Dusuqi ra, memiliki keramat yang banyak, hal-hal yang luar biasa, menguasai rahasia-rahasia malakut, sejak lahir sudah puasa, menguasai bahasa Ajami, Siryani, Ibrani, zinji, seluruh bahasa burung, binatang dan makhluk-makhluk buas lainnya.

Beberapa kitabnya orang-orang salih yang berbicara tentang karamah dan riwayat hidupnya beliau, di antaranya adalah:
1) Farhatul Ahbab Fi Akhbar al-Arba’ah al-Ahbab, oleh al-Khalidi Asshayyadi.
2) Syaikhul Islam Addasuqi Quthbussyari’ah wal-Haqiqah, oleh Rajab Atthayyib al-Ja’fari.
3) Alamul Aqthab al-Haqiqi Sayyidi Ibrahim Ad-Dusuqi, oleh Abdurrazzaq al-King.
4) Lisanutta’rif bihalil-Wali As-Syarif Sayidi Ibrahim Ad-Dusuqi ra, oleh Syekh Ahmad bin Jalaluddin al-Karki ra.
5) Al-Ayatuzzahirah fi Manaqib al-Awliya’ wal-Aqthab al-Arba’ah, oleh Syekh Mahmud al-Garbawi.
6) Abul-Ainain Ad-Dusuqi, oleh Abdul-Al Kuhail.
7) Qiladatul Jawahir fi Zikril Gautsi wa Atba’ihil Akabir, oleh Syekh Abul Huda al-Khalidi As-Shayyadi.
8) Jami’ karamat al-Awliya’, oleh Syekh Yusuf An-nabhani.
9) Al-Arif Billahi Sayyidi Ibrahim Ad-Dusuqi, oleh Sa’ad al-Qadhi.
10) Biharul-Wilayah al-Muhammadiyyah Fi Manaqib A’lam Asshufiyyah, oleh Dr. Jaudah M. Abul Yazid.
11) Nailul Khairat al-Malmusah Biziyarati Ahlilbaiti Wasshalihin bi Mishr al-Mahrusah, oleh DR Sa’id abul As’ad.
12) Atthabaqat al-Kubra, oleh Syekh Abdul-Wahhab As-Sya’rani.
13) dan lain-lain

Syekh Ibrahim Addasuqi RA bermazhab Syafi’I dan terkenal dengan beberapa julukan seperti Abul Ainain, abul Aunain dan Burhanul Millati Waddin. Beliau wafat pada tahun 606H/1296M yang ketika itu beliau berumur 63 tahun dan dimakamkan di kota Dusuq-Mesir.

Beliau pernah berkata:

ولا تنتهي الدنيا ولا أيامها # حتى تعم المشرقين طريقتي


Yang artinya : “Dunia ini tidak akan berahir, sebelum tarekat-ku tersebar di seluruh penjuru dunia”

Walaa haula wala quwwata illa billah.

Sang Manusia Suci, Sayidi Ahmad al-Badawi ra.

Keramat Sang Hamba Suci

Setiap hari, dari pagi hingga sore, sayidi Ahmad Badawi menatap matahari, sehingga kornea matanya merah membara. Apa yang dilihatnya bisa terbakar, khawatir terjadinya hal itu, saat berjalan ia lebih sering menatap langit, bagaikan orang yang sombong. Sejak masa kanak kanak, ia suka berkhalwat dan riyadhoh, pernah empat puluh hari lebih perutnya tak terisi makanan dan minuman. Ia lebih memilih diam dan berbicara dengan bahasa isyarat, bila ingin berkomunikasi dengan seseorang. Ia tak sedetikpun lepas dari kalimat toyyibah, berdzikir dan bersholawat. Dalam perjalanan riyadhohnya, ia pernah tinggal di loteng negara Thondata selama 12 tahun, dan selama 8 tahun ia berada diatas atap, riyadhoh siang dan malam.

Beliau hidup pada tahun 596-675 H dan wafat di Mesir, makamnya di kota Tonto, yang setiap waktunya tak pernah sepi dari peziarah. Pada usia dini ia telah hafal Al-Qur’an, untuk memperdalam ilmu agama ia berguru kepada Syeikh Abdul Qadir al-Jailani dan syeikh Ahmad Rifai. Ia adalah Waliullah Qutbol Gaust, Assayyid, Assyarif Ahmad al Badawi. Suatu hari, ketika sang Murid telah sampai ketingkatannya, Syech Abdul Qodir Jaelani, menawarkan kepadanya ; ”Manakah yang kau inginkan ya Ahmad Badawi, kunci Masyriq atau Magrib, akan kuberikan untukmu”, hal yang sama juga diucapkan oleh gurunya Sayyid Ahmad Rifai, dengan lembut, dan menjaga tatakrama murid kepada gurunya, ia menjawab; ”Aku tak mengambil kunci kecuali dari Al Fattah (Allah )”.

Suatu hari datang kepadanya, seorang janda mohon pertolongan, anak lelakinya ditahan di Perancis, dan sang ibu ingin agar anak itu kembali dalam keadaan selamat. Oleh Sayyidi Ahmad Al Badawi, janda itu disuruhnya untuk pulang, dan berkata sayidi Ahmad Badawi: “Insya Allah anak ibu sudah berada dirumah”. Bergegas sang ibu menuju rumahnya, dan betapa bahagia, bercampur haru, dan penuh keheranan, ia dapati anaknya telah berada di rumah dalam keadaan terbelenggu. Sayyidi aAhmad Badawi banyak menolong orang yang ditahan secara zalim oleh penguasa Prancis saat itu, dan semua pulang ke rumahnya dalam keadaan tangannya tetap terbelenggu.

Pernah suatu ketika Syaikh Ibnul Labban mengumpat Sayyidi Ahmad Badawi, seketika itu juga hafalan Al-Qur’an dan iman Syaikh Ibnul Labban menjadi hilang. Ia bingung dan berusaha dengan beristighosah dan meminta bantuan do’a, orang orang terkemuka di zaman itu (agar ilmu dan imannya kembali lagi), tetapi tidak satupun dari yang dimintainya doa, berani mencampuri urusannya, karena terkait dengan Sayyidi Ahmad Badawi. Padahal diriwayatkan, saat itu Sayyidi Al Badawi telah wafat. Orang terkemuka yang dimintainya doa, hanya berani memberi saran kepada Syaikh Ibnul Labban, agar dia menghadap Syeikh Yaqut al-‘Arsyiy, waliullah terkemuka pada saat itu, dan kholifah sayyidi Abil Hasan As-Syadzili. Ibnu Labban segera menemui Syech Yaqut dan minta pertolongannya, dalam urusannya dengan sayyidi Ahmad Al-Badawi. Setelah dimintai pertolongan oleh Syaikh Ibnul labban, Syeikh Yaqut Arsyiy berangkat menuju ke makam Sayyidi al-Badawi dan berkata : “ Wahai guru, hendaklah tuan memberi ma’af kepada orang ini!”. Dari dalam makamnya, terdengar jawaban “Apakah kamu berkehendak untuk mengembalikan tandanya orang miskin itu ? ya…sudah, tapi dengan syarat ia mau bertaubat”. Syeikh Ibbnul Labbanpun akhirnya bertaubat, dan tidak lama kemudian kembalilah ilmu dan imannya seperti sedia kala dan ia juga mengakui kewalian Syeikh Yaqut, karena peristiwa tersebut. Ia kemudian dinikahkan dengan putrinya Syeikh Yaqut. (Di ambil dari kitab al-Jaami’).

Syeikh Muhammad asy-Syanawi menceritakan, bahwa pada waktu itu ada orang yang tidak mau menghadiri dan bahkan mengingkari peringatan maulidnya Syeikh Ahmad Badawi, maka seketika hilanglah iman orang itu dan menjadi merasa tidak senang terhadap agama Islam. Orang itu kemudian berziarah ke makamnya Sayyid Badawi untuk minta tolong dan memohon maaf atas kesalahannya. Kemudian terdengarlah suara sayyidi Badawi dari dalam kubur : “iya, saya ma’afkan, tapi jangan berbuat lagi. Na’am (iya) jawab orang itu, spontan imannya kembali lagi. Beliau lalu meneruskan ucapannya : “Apa sebabnya kamu mengingkari kami semua”. Dijawabnya : “Karena di dalam acara itu banyak orang laki-laki dan perempuan bercampur baur menjadi satu” (tanpa ada garis pembatas). Sayyidi Badawi lalu mengatakan : “Di tempat thowaf sana, dimana banyak orang yang menunaikan ibadah haji disekitar Ka’bah, mereka juga bercampur laki-laki dan perempuan, kenapa tidak ada yang melarang”. Demi mulianya Tuhanku, orang-orang yang ada untuk menghadiri acara maulidku ini tidaklah ada yang menjalankan dosa kecuali pasti mau bertaubat dan akan bagus taubatnya. Hewan-hewan di hutan dan ikan-ikan di laut, semua itu dapat aku pelihara dan kulindungi diantara satu dengan lainnya sehingga menjadi aman dengan izin Allah. Lalu, apakah kiranya Allah Ta’ala, tidak akan memberi aku kekuatan untuk mampu menjaga dan memelihara keamanannya orang-orang yang menghadiri acara maulidku itu ? ”Suatu ketika Syeikh Ibnu Daqiq berkumpul dengan Sayyidi Badawi, dan ia bertanya kepada beliau : “Mengapa engkau tidak pernah sholat, yang demikian itu bukanlah perjalanannya para shalihin“. Lalu beliau menjawab : “Diam kamu! Kalau tidak mau diam aku hamburkan daqiqmu (tepung)”. Dan di tendanglah Syeikh Daqiq oleh beliau hingga berada disuatu pulau yang luas dalam kondisi tidak sadarkan diri. Setelah sadar, iapun termangu karena merasa asing dengan pulau tersebut. Dalam kebingungannya, datanglah seorang lelaki menghampirinya dan memberi nasehat agar jangan mengganggu orang type syekh al-Badawi, dan sekarang kamu berjalanlah menuju qubah yang terlihat itu, nanti jika sudah tiba di sana kau berhentilah di depan pintu hingga menunggu waktu ‘ashar dan ikutlah shalat berjamaah dibelakangnya imam tersebut, sebab nanti syaikh Ahmad Badawi akan ikut di dalamnya. Setelah bertemu dia ucapkanlah salam, peganglah lengan bajunya dan mohonlah ampun atas ucapanmu tadi. Ia menuruti kata-kata orang itu yang tidak lain adalah waliyullah Khidir a.s. Setelah semua nasehatnya dilaksanakan, betapa terkejutnya ia karena yang menjadi imam sholat waktu itu adalah Sayyidi Badawi. Setelah selesai sholat ia langsung menghampiri dan menciumi tangan dan menarik lengan Sayyidi al-Badawi, sambil berkata seperti yang diamanatkan orang tadi. Dan berkatalah Sayyidi Ahmad Badawi sambil menendang Syeikh Daqiq,” Pergilah sana murid-muridmu sudah menantimu dan jangan kau ulangi lagi!. Seketika itu juga ia sudah sampai di rumahnya dan murid-muridnya telah menunggu kedatangan Syeikh Daqiq. Dijelaskan bahwa yang menjadi makmum sholat berjamaah dengan Sayyidi Badawi pada kejadian itu adalah para wali.

Syekh Imam al Munawi berkata : “Ada seorang Syeikh yang setiap akan bepergian selalu berziarah di makamnya Syeikh Ahmad al-Badawi untuk minta ijin, lalu terdengar suara dari dalam kubur dengan jelas :”Ya pergilah dengan tawakkal, Insya Allah niatmu berhasil, kejadian tersebut didengar juga oleh Syeikh abdul wahab Assya’roni, padahal saat itu Syeikh Ahmad al-Badawi sudah meninggal 200 tahun silam, jadi para aulia’ itu walaupun sudah meninggal ratusan tahun, namun masih bisa emberi petunjuk.

Berkata Syeikh Muhammad al-Adawi : Setengah dari keindahan keramat beliau ialah, pada saat banyaknya orang yang ingin berusaha membatalkan peringatan maulidnya beliau, dimana orang-orang tersebut menghadap dan meminta kepada Syeikh Imam Yahya al-Munawiy agar beliau mau menyetujuinya. Sebagai orang yang berpengaruh dan berpendirian kuat pada masa itu, Syeikh Yahya tidak menyetujuinya, akhirnya orang-orang tersebut melapor kepada sang raja azh-Zhohir Jaqmaq. Sang rajapun berusaha membujuk agar Syeikh Yahya bersedia memberi fatwa untuk membatalkan maulidnya Sayyidi Ahmad Badawi. Akan tetapi Syeikh Yahya tetap tidak mau dan hanya bersedia memberikan fatwa melarang keharaman-keharaman yang terjadi di acara itu. Maka acara maulid tetap dilaksanakan seperti biasa. Dan Syeikh Yahya bekata kepada sang raja: “Aku tetap tak berani sama sekali berfatwa yang demikian, karena Sayyidi Badawi adalah wali yang agung dan seorang fanatik (nguwalati= bahasa jawanya). Hai raja, tunggu saja, kamu akan tahu akibat bahayanya orang-orang yang berusaha menghilangkan peringatan maulid Sayyidi Ahmad Badawi. Memang benar, tak lama kemudian mereka yang bertujuan menghilangkan peringatan maulid Sayyidi Badawi tertimpa bencana. Orang-orang tersebut ada yang dicopot jabatannya dan diasingkan oleh rajanya. Ada yang melarikan diri ke Dimyath akan tetapi kemudian ditarik kembali dan diberi pengajaran, dirantai dan dipenjara selama setengah bulan. Bahkan diantara mereka yang mempunyai jabatan tinggi dikerajaan itu lalu banyak yang ditangkap, disidang dengan kelihatan terhina, disiksa dan diborgol besi di depan majlis hakim syara’ lalu dihadapkan raja yang kemudian dibuang di negara Maghrib.

Sayyidi Ahmad Badawi pernah berkata kepada seseorang : “Bahwa pada tahun ini hendaknya kamu menyimpan gandum yang banyak yang tujuanmu nanti akan kau berikan kepada para fakir miskin, sebab nanti akan terjadi musim paceklik pangan. Kemudian orang tadi menjalankan apa yang diperintahkan beliau, dan akhirnya memang terbukti kebenaran ucapan Sayyidi Ahmad Badawi.

Berkata al-Imam Sya’roni : “Pada tahun 948 H aku ketinggalan tidak dapat menghadiri acara maulidnya Sayyidi Badawi. Lalu ada salah satu aulia’ memberi tahu kepadaku bahwa Sayyidi Badawi pada waktu peringatan itu memperlihatkan diri di makamnya dan bertanya : “Mana Abdul Wahhab Sya’roni, kenapa tidak datang ?” Pada suatu tahun, al-Imam Sya’roni juga pernah berkeinginan tidak akan mendatangi maulid beliau. Lalu aku melihat beliau memegang pelepah kurma hijau sambil mengajak orang-orang dari berbagai negara. Jadi orang-orang yang berada dibelakangnya, dikanan dan kirinya banyak sekali tak terhingga jumlahnya. Terus beliau melewati aku di Mesir, sayyidi Badawi berkata : “Kenapa kamu tidak berangkat ?”. Aku sedang sakit tuan, jawabku. Sakit tidak menghalang-halangi orang cinta. Terus aku diperlihatkan orang banyak dari para aulia’dan para masayikh, baik yang masih hidup maupun yang sudah wafat, dan orang-orang yang lumpuh semua berjalan dengan merangkak dan memakai kain kafannya, mereka mengikuti dibelakang sayyidi Badawi menghadiri maulid beliau. Terus aku juga diperlihatkan jama’ah dan sekelompok tawanan yang masih dalam keadaan terbalut dan terbelenggu juga ikut datang menghadiri maulidnya. Lalu beliau berkata: lihatlah ! itu semua tidak ada yang mau ketinggalan, akhirnya aku berkehendak untuk mau menghadiri, dan aku berkata : Insya Allah aku hadir tuan guru ?. Kalau begitu kamu harus dengan pendamping, jawab sayyidi Badawi. Kemudian beliau memberi aku dua harimau hitam besar dan gajah, yang dijanji tidak akan berpisah denganku sebelum sampai di tempat. Peristiwa ini kemudian aku ceritakan kepada guruku Syeikh Muhammad asy-Syanawi, beliau lalu menjelaskan: memang pada umumnya para aulia’ mengajak orang-orang itu dengan perantaraan, akan tetapi sayyidi Ahmad Badawi langsung dengan sendirinya menyuruh orang-orang mengajak datang. Sungguh banyak keramat beliau, hingga al-Imam Sya’roni mengatakan,”Seandainya keajaiban atau keramat-keramat beliau ditulis di dalam buku, tidaklah akan muat karena terlalu banyaknya. Tetapi ada peninggalan Syeikh ahmad Badawi yang sangat utama, yaitu bacaan sholawat badawiyah sughro dan sholawat badawiyah kubro. Demikianlah sekelumit manakib Sayyidi Ahmad Al Badawi disajikan kehadapan pembaca, untuk dapat diambil hikmahnya.

Walaa haula wala quwwata illa billah.

Perjalanan Sufi Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili r.a.

Kisah Suci Sang Wali Ilahi

ِِSyadziliyah adalah nama suatu desa di benua Afrika yang merupakan nisbat nama Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili r.a. Beliau pernah bermukim di Iskandar sekitar tahun 656 H. Beliau wafat dalam perjalanan haji dan dimakamkan di padang Idzaab Mesir. Sebuah padang pasir yang tadinya airnya asin menjadi tawar sebab keramat Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili r.a. Beliau belajar ilmu thariqah dan hakikat yang akar dari keduanyanya adalah syari'at. Beliau dalam setiap kesempatan, tidak pernah terkalahkan setiap berdialog dengan ulama-ulama ahli fiqih pada masa itu. Dalam mempelajari ilmu hakikat, beliau berguru kepada wali quthub yang agung dan masyhur yaitu Syekh Abdus Salam Ibnu Basyisy, dan akhirnya beliau yang meneruskan quthbiyahnya dan menjadi Imam Al-Auliya’.

Peninggalan ampuh sampai sekarang yang sering diamalkan oleh umat Islam adalah Hizb Nashr dan Hizb Bahr, di samping Thariqah Syadziliyah yang banyak sekali pengikutnya. Hizb Bahr merupakan Hizb yang diterima langsung dari Rasulullah saw. yang dibacakan langsung satu persatu hurufnya oleh beliau saw. Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili r.a. pernah ber-riyadhah selama 80 hari tidak makan, dengan disertai dzikir dan membaca shalawat yang tidak pernah berhenti. Pada saat itu beliau merasa tujuannya untuk wushul (sampai) kepada Allah swt. telah tercapai. Kemudian datanglah seorang perempuan yang keluar dari gua dengan wajah yang sangat menawan dan bercahaya. Dia menghampiri beliau dan berkata, ”Sunguh sangat sial, lapar selama 80 hari saja sudah merasa berhasil, sedangkan aku sudah enam bulan lamanya belum pernah merasakan makanan sedikitpun”. Suatu ketika saat berkelana, beliau berkata dalam hati, “Ya Allah, kapankah aku bisa menjadi hamba-Mu yang bersyukur?”. Kemudian terdengarlah suara, “Kalau kamu sudah mengerti dan merasa bahwa yang diberi nikmat hanya kamu saja”. Beliau berkata lagi, “Bagaimana saya bisa begitu, padahal Engkau sudah memberi nikmat kepada para Nabi, Ulama dan Raja?”. Kemudian terdengarlah suara lagi, “Jika tidak ada Nabi, kamu tidak akan mendapat petunjuk, jika tidak ada Ulama kamu tidak akan bisa ikut bagaimana caranya beribadah, jika tidak ada Raja kamu tidak akan merasa aman. Itu semua adalah nikmat dari-Ku yang kuberikan hanya untukmu”. Beliau pernah khalwat (menyendiri) dalam sebuah gua agar bisa wushul (sampai) kepada Allah swt. Lalu beliau berkata dalam hatinya, bahwa besok hatinya akan terbuka. Kemudian seorang waliyullah mendatangi beliau dan berkata, “Bagaimana mungkin orang yang berkata besok hatinya akan terbuka bisa menjadi wali. Aduh hai badan, kenapa kamu beribadah bukan karena Allah (hanya ingin menuruti nafsu menjadi wali)”. Setelah itu beliau sadar dan faham dari mana datangnya orang tadi. Segera saja beliau bertaubat dan minta ampun kepada Allah swt. Tidak lama kemudian hati Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili r.a. sudah di buka oleh Allah swt. Demikian di antara bidayah (permulaaan) Syekh Abul Hasan As-Syadzili. Beliau pernah dimintai penjelasan tentang siapa saja yang menjadi gurunya? Sabdanya, “Guruku adalah Syekh Abdus Salam Ibnu Basyisy, akan tetapi sekarang aku sudah menyelami dan minum sepuluh lautan ilmu. Lima dari bumi yaitu dari sayidina Rasululah saw, sayidina Abu Bakar r.a, sayidina Umar bin Khattab r.a, sayidina Ustman bin ‘Affan r.a dan sayidina Ali bin Abi Thalib r.a, dan lima dari langit yaitu dari malaikat Jibril, Mika’il, Isrofil, Izro’il dan ruh yang agung. Beliau pernah berkata, “Aku diberi tahu catatan muridku dan muridnya muridku, semua sampai hari kiamat, yang lebarnya sejauh mata memandang, semua itu mereka bebas dari neraka. Jikalau lisanku tak terkendalikan oleh syariat, aku pasti bisa memberi tahu tentang kejadian apa saja yang akan terjadi besok sampai hari kiamat”.

Syekh Abu Abdillah Asy-Syathibi berkata, “Aku setiap malam banyak membaca Radiyallahu ‘An Asy-Syekh Abil Hasan dan dengan ini aku berwasilah meminta kepada Allah swt apa yang menjadi hajatku, maka terkabulkanlah apa saja permintaanku”. Lalu aku bermimpi bertemu dengan Nabi Muhammad saw. dan aku bertanya, “Ya Rasulallah, kalau seusai shalat lalu berwasilah dengan membaca Radiyallahu ‘An Asy-Syekh Abil Hasan dan aku meminta apa saja kepada Allah swt. apa yang menjadi kebutuhanku lalu dikabulkan, seperti hal tersebut apakah diperbolehkan atau tidak?”. Lalu Nabi saw. Menjawab, “Abul Hasan itu anakku lahir batin, anak itu bagian yang tak terpisahkan dari orang tuanya, maka barang siapa bertawashul kepada Abul Hasan, maka berarti dia sama saja bertawashul kepadaku”.
Pada suatu hari dalam sebuah pengajian Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili r.a. menerangkan tentang zuhud, dan di dalam majelis terdapat seorang faqir yang berpakaian seadanya, sedang waktu itu Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili berpakaian serba bagus. Lalu dalam hati orang faqir tadi berkata, “Bagaimana mungkin Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili r.a. berbicara tentang zuhud sedang beliau sendiri pakaiannya bagus-bagus. Yang bisa dikatakan lebih zuhud adalah aku karena pakaianku jelek-jelek”. Kemudian Syekh Abul Hasan menoleh kepada orang itu dan berkata, “Pakaianmu yang seperti itu adalah pakaian yang mengundang senang dunia karena dengan pakaian itu kamu merasa dipandang orang sebagai orang zuhud. Kalau pakaianku ini mengundang orang menamakanku orang kaya dan orang tidak menganggap aku sebagai orang zuhud, karena zuhud itu adalah makam dan kedudukan yang tinggi”. Orang fakir tadi lalu berdiri dan berkata, “Demi Allah, memang hatiku berkata aku adalah orang yang zuhud. Aku sekarang minta ampun kepada Allah dan bertaubat”.

Di antara Ungkapan Mutiara Syekh Abul Hasan Asy-Syadili:

1. Tidak ada dosa yang lebih besar dari dua perkara ini : Pertama, senang dunia dan memilih dunia mengalahkan akherat. Kedua, ridha menetapi kebodohan tidak mau meningkatkan ilmunya.

2. Sebab-sebab sempit dan susah fikiran itu ada tiga : pertama, karena berbuat dosa dan untuk mengatasinya dengan bertaubat dan beristiqhfar. Kedua, karena kehilangan dunia, maka kembalikanlah kepada Allah swt. sadarlah bahwa itu bukan kepunyaanmu dan hanya titipan dan akan ditarik kembali oleh Allah swt. Ketiga, disakiti orang lain, kalau karena dianiaya oleh orang lain maka bersabarlah dan sadarlah bahwa semua itu yang membikin Allah swt. untuk mengujimu.

Kalau Allah swt. belum memberi tahu apa sebabnya sempit atau susah, maka tenanglah mengikuti jalannya taqdir ilahi. Memang masih berada di bawah awan yang sedang melintas berjalan (awan itu berguna dan lama-lama akan hilang dengan sendirinya). Ada satu perkara yang barang siapa bisa menjalankan akan bisa menjadi pemimpin yaitu berpaling dari dunia dan bertahan diri dari perbuatan dhalimnya ahli dunia. Setiap keramat (kemuliaan) yang tidak bersamaan dengan ridha Allah swt. dan tidak bersamaan dengan senang kepada Allah dan senangnya Allah, maka orang tersebut terbujuk syetan dan menjadi orang yang rusak. Keramat itu tidak diberikan kepada orang yang mencarinya dan menuruti keinginan nafsunya dan tidak pula diberikan kepada orang yang badannya digunakan untuk mencari keramat. Yang diberi keramat hanya orang yang tidak merasa diri dan amalnya, akan tetapi dia selalu tersibukkan dengan pekerjaan-pekerjaan yang disenangi Allah dan merasa mendapat anugerah (fadhal) dari Allah semata, tidak menaruh harapan dari kebiasaan diri dan amalnya.

Di antara keramatnya para Shiddiqin ialah :

1. Selalu taat dan ingat pada Allah swt. secara istiqamah (kontinyu).

2. Zuhud (meninggalkan hal-hal yang bersifat tamak terhadap duniawi).

3. Bisa menjalankan perkara yang luar bisa, seperti melipat bumi, berjalan di atas air dan sebagainya.

Diantara keramatnya Wali Qutub ialah :

1. Mampu memberi bantuan berupa rahmat dan pemeliharaan yang khusus dari Allah swt.

2. Mampu menggantikan Wali Qutub yang lain.

3. Mampu membantu malaikat memikul Arsy.

4. Hatinya terbuka dari haqiqat Allah swt. dengan disertai sifat-sifat-Nya.

Kamu jangan menunda ta’at di satu waktu, pada waktu yang lain, agar kamu tidak tersiksa dengan habisnya waktu untuk berta’at (tidak bisa menjalankan) sebagai balasan yang kamu sia-siakan. Karena setiap waktu itu ada jatah ta’at pengabdian tersendiri. Kamu jangan menyebarkan ilmu yang bertujuan agar manusia membetulkanmu dan menganggap baik kepadamu, akan tetapi sebarkanlah ilmu dengan tujuan agar Allah swt. membenarkanmu. Radiya allahu ‘anhu wa ‘aada ‘alaina min barakatihi wa anwarihi wa asrorihi wa ‘uluumihi wa ahlakihi, Allahumma Amiin. (Al-Mihrab).

Walaa haula wala quwwata illa billah.

Popular Posts